Dinkes DKI Perkuat Tracing Dan Sosialisasi Kewaspadaan Penularan Tiga Kontak Erat Pasien Terkonfirmasi Cacar Monyet Tidak Punya Keluhan Kesehatan –
4 min readDinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta perkuat tracing kontak erat penyakit cacar monyet atau monkeypox. Sebelumnya, pada tanggal 20 Agustus 2022 lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengumumkan temuan kasus pertama terkonfirmasi cacar monyet di Indonesia pada seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun.
Diketahui pasien tersebut mengalami keluhan kesehatan beberapa hari setelah kembali ke Indonesia, pascaperjalanan wisata ke beberapa negara di Eropa Barat, pada tanggal 8 Agustus 2022 lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti menyampaikan, sejauh ini, hasil tracing dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menemukan 3 (tiga) orang kontak erat, yang sampai saat ini ketiganya dalam kondisi baik dan tidak mempunyai keluhan kesehatan.
“Sebelum ditemukannya kasus pertama ini, kami sudah pernah menerima laporan dan melakukan penyelidikan epidemiologi pada 11 orang terduga yang ditemukan sejak 20 Mei 2022, yang semuanya setelah melalui pemeriksaan laboratorium diketahui negatif cacar monyet. Hal ini sebagai bagian dari upaya menemukan kasus sedini mungkin, agar dapat dilakukan pemutusan rantai penularan dengan segera,” jelas Widyastuti pada Senin (22/8).
Widyastuti juga menyebut, pihaknya akan terus memantau perkembangan kondisi pasien dan seluruh kontak eratnya. “Pasien cukup kooperatif dan terbuka dengan tim kami. Kondisi pasien juga sudah membaik,” ucap Widyastuti.
Sejak awal adanya sinyal peningkatan kasus cacar monyet di dunia, hingga ditetapkannya cacar monyet sebagai penyakit yang dapat menjadi darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh World Health Organization (WHO) sejak 23 Juli 2022, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terus mewaspadai ancaman penyakit ini dengan terus meningkatkan surveilans cacar monyet melalui jejaring fasilitas kesehatan dan Organisasi Profesi Kesehatan di Jakarta.
Perlu diketahui, gejala cacar monyet umumnya diawali dengan demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar getah bening yang ditemukan di leher, ketiak atau lipat paha (selangkangan). Selain itu, gejala umum ini dapat disertai keluhan nyeri otot, sakit punggung, dan rasa lelah yang berkepanjangan. Setelah 1-3 hari sejak demam, gejala akan disusul dengan munculnya ruam pada kulit di beberapa bagian tubuh, berbentuk bintik merah seperti cacar, melepuh kecil berisi cairan bening atau berisi nanah yang kemudian menjadi keropeng dan rontok. Jumlah Lesi (luka atau lenting gelembung berisi cairan di kulit) dapat sedikit maupun beberapa buah yang tersebar.
Cacar monyet selain dapat menular melalui kontak langsung dari hewan yang sakit ke manusia, juga dapat ditularkan antarmanusia maupun melalui benda yang terkontaminasi oleh virus. Kendati demikian, penularan cacar monyet antarmanusia tidaklah mudah. Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau kontak langsung kulit ke kulit yang terdapat ruam, termasuk melalui kontak seksual. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang belum dicuci.
Masyarakat diimbau tidak panik, tetapi tetap waspada. Upaya mencegah penularan cacar monyet dapat dilakukan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain:
– Sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun;
– Tidak menggunakan handuk atau peralatan pribadi bersama-sama;
– Hindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala, termasuk tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan;
– Bagi penderita, perlu melakukan isolasi diri dengan baik untuk menghindari penularan ke orang lain. ■
]]> , Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta perkuat tracing kontak erat penyakit cacar monyet atau monkeypox. Sebelumnya, pada tanggal 20 Agustus 2022 lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengumumkan temuan kasus pertama terkonfirmasi cacar monyet di Indonesia pada seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun.
Diketahui pasien tersebut mengalami keluhan kesehatan beberapa hari setelah kembali ke Indonesia, pascaperjalanan wisata ke beberapa negara di Eropa Barat, pada tanggal 8 Agustus 2022 lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti menyampaikan, sejauh ini, hasil tracing dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menemukan 3 (tiga) orang kontak erat, yang sampai saat ini ketiganya dalam kondisi baik dan tidak mempunyai keluhan kesehatan.
“Sebelum ditemukannya kasus pertama ini, kami sudah pernah menerima laporan dan melakukan penyelidikan epidemiologi pada 11 orang terduga yang ditemukan sejak 20 Mei 2022, yang semuanya setelah melalui pemeriksaan laboratorium diketahui negatif cacar monyet. Hal ini sebagai bagian dari upaya menemukan kasus sedini mungkin, agar dapat dilakukan pemutusan rantai penularan dengan segera,” jelas Widyastuti pada Senin (22/8).
Widyastuti juga menyebut, pihaknya akan terus memantau perkembangan kondisi pasien dan seluruh kontak eratnya. “Pasien cukup kooperatif dan terbuka dengan tim kami. Kondisi pasien juga sudah membaik,” ucap Widyastuti.
Sejak awal adanya sinyal peningkatan kasus cacar monyet di dunia, hingga ditetapkannya cacar monyet sebagai penyakit yang dapat menjadi darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh World Health Organization (WHO) sejak 23 Juli 2022, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terus mewaspadai ancaman penyakit ini dengan terus meningkatkan surveilans cacar monyet melalui jejaring fasilitas kesehatan dan Organisasi Profesi Kesehatan di Jakarta.
Perlu diketahui, gejala cacar monyet umumnya diawali dengan demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar getah bening yang ditemukan di leher, ketiak atau lipat paha (selangkangan). Selain itu, gejala umum ini dapat disertai keluhan nyeri otot, sakit punggung, dan rasa lelah yang berkepanjangan. Setelah 1-3 hari sejak demam, gejala akan disusul dengan munculnya ruam pada kulit di beberapa bagian tubuh, berbentuk bintik merah seperti cacar, melepuh kecil berisi cairan bening atau berisi nanah yang kemudian menjadi keropeng dan rontok. Jumlah Lesi (luka atau lenting gelembung berisi cairan di kulit) dapat sedikit maupun beberapa buah yang tersebar.
Cacar monyet selain dapat menular melalui kontak langsung dari hewan yang sakit ke manusia, juga dapat ditularkan antarmanusia maupun melalui benda yang terkontaminasi oleh virus. Kendati demikian, penularan cacar monyet antarmanusia tidaklah mudah. Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau kontak langsung kulit ke kulit yang terdapat ruam, termasuk melalui kontak seksual. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang belum dicuci.
Masyarakat diimbau tidak panik, tetapi tetap waspada. Upaya mencegah penularan cacar monyet dapat dilakukan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain:
– Sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun;
– Tidak menggunakan handuk atau peralatan pribadi bersama-sama;
– Hindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala, termasuk tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan;
– Bagi penderita, perlu melakukan isolasi diri dengan baik untuk menghindari penularan ke orang lain. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID