DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
13 October 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Kinerja Tetap Moncer Meski Inflasi Global Tinggi Labanya Tumbuh 98,38% BRI Layak Dikasih Jempol –

7 min read

Di tengah tingginya inflasi dan pelemahan ekonomi global, kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tetap moncer. BRI layak diacungi jempol setelah sukses mencatat pertumbuhan laba bersih 98,38 persen pada kuartal II-2022 atau mencapai Rp 24,88 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso menyebut, raihan laba itu ditopang oleh penyaluran kredit dan penghimpunan dana masyarakat yang tumbuh positif.

Pencapaian tersebut tak lepas dari kemampuan emiten berkode saham BBRI ini dalam melakukan strategic response yang tepat.

“Kami dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas. Terutama pertumbuhan dana murah dan menjaga kualitas kredit. Khususnya kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19,” beber Sunarso dalam Pemaparan Kinerja Keuangan Kuartal II-Tahun 2022 secara virtual, kemarin.

BRI Group tercatat berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.104,79 triliun, atau tumbuh 8,75 persen yoy (year on year). Penyaluran kredit kepada seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif dengan penopang utama segmen mikro yang tumbuh 15,07 persen. Kemudian, segmen konsumer tumbuh 5,27 persen, segmen korporasi tumbuh 3,76 persen, dan segmen kecil dan menengah tumbuh 2,71 persen.

Secara khusus, portofolio kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,81 persen menjadi Rp 920 triliun di akhir Juni 2022.

“Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI, terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,27 persen,” kata Sunarso.

Ia memastikan, kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit macet (Non Performing Loan/ NPL) BRI secara konsolidasian terkendali di level 3,26 persen.

Sementara dari sisi pencadangan, pihaknya melakukan langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit.

NPL Coverage BRI tercatat sebesar 266,26 persen di akhir kuartal II-2022. Di mana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59 persen.

 

Diakui Sunarso, kredit UMKM juga tumbuh, setelah sebelumnya terkena imbas yang sangat dalam akibat pandemi Covid-19.

BRI berkomitmen untuk terus memberikan relaksasi berupa restrukturisasi kredit kepada UMKM, yang akan berakhir pada Maret 2023.

“Kami optimis, segmen UMKM akan terus tumbuh signifikan. Terlihat dari kinerja keuangan UMKM yang mulai normal, kegiatan ekonomi masyarakat terus bergulir, berkat upaya Pemerintah menangani pandemi dengan baik,” ucapnya.

Apakah setelah tahun depan restrukturisasi masih diperlukan atau tidak, Sunarso bilang, semua itu tergantung pada OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

“Seandainya kebijakan itu tidak diperpanjang, BRI harus siap. Artinya, ketika relaksasi tak diperpanjang, kami harus menilai kolektibilitas yang mendasar,” tegas dia.

Lalu muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana jika hal itu mendorong naiknya NPL? Sunarso menekankan, di situlah pentingnya pencadangan bagi BRI. Termasuk menekan Loan at Risk (LaR).

OJK, lanjutnya, pasti akan melakukan penilaian terkait masih dibutuhkan atau tidak program restrukturisasi.

“Sedangkan dari sisi portofolio BRI, kami siap. Karena cadangan lebih dari cukup ditambah dengan risk management yang terkelola dengan baik,” papar Sunarso.

Ia melanjutkan, strategi BRI dalam menjaga NPL, adalah dengan selective growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut. Seperti sektor pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.

Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL, yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi, dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah.

“BRI juga menerapkan soft landing strategy, dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk antisipasi pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” ungkap Sunarso.

 

Selanjutnya dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), tumbuh 3,70 persen menjadi Rp 1.136,98 triliun. Dana murah (Current Account Saving Account/CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, secara yoy meningkat sebesar 13,38 persen.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan, juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.

Hal ini terlihat dari LDR (Loan to Deposit Ratio) bank secara konsolidasian, yang terjaga di level 88,45 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,06 persen.

“Strategi BRI yang terus fokus pada sustainability berdampak kepada kinerja keuangan yang positif. Hal ini juga dinilai oleh berbagai pihak dari dalam maupun luar negeri, secara independen dan transparan,” kata Sunarso.

Target Pertumbuhan Kredit

Sepanjang tahun 2022, BRI mengaku optimistis, penyaluran kredit perusahaan berada pada target yang telah ditentukan sejak awal. Yakni di kisaran 9-11 persen.

Estimasi target tersebut optimistis bakal terwujud, jika melihat pencapaian sampai dengan Juni 2022, yang terus mencatatkan kenaikan.

“BRI secara grup, yakin pertumbuhan sampai di angka 9 sampai 11 persen. Pencapaian target kredit perseroan masih akan didukung oleh sejumlah faktor. Salah satunya proses pemulihan ekonomi hingga penanganan pandemi yang baik,” jelas Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno dalam kesempatan yang sama.

Selain itu yang paling penting, kata Vivi, sapaan akrabnya, pertumbuhan kredit BRI di-drive secara konsolidasi masih berasal dari segmen mikro dan ultra mikro. Terutama dengan dikonsolidasikannya Pegadaian dan PNM melalui Holding Ultra Mikro (UMi).

Namun perusahaan juga akan tetap berhati-hati dalam menjalankan bisnis. NPL ditargetkan terus turun di angka 3 persen hingga 2,8 persen.

“Kami sangat berhati-hati, terutama terkait dengan kredit yang direstrukturisasi akibat Covid-19,” sebutnya.

Sebagai informasi, beberapa bulan terakhir tahun ini, BRI meraih penilaian terbaik oleh lembaga atau pihak-pihak kredibel. Bahkan mendapatkan pengakuan bertaraf internasional. Di antaranya, BRI dinobatkan sebagai perusahaan publik terbesar di Indonesia tahun 2022 oleh Forbes Global 2000 World’s Largest Public Companies. ■
]]> , Di tengah tingginya inflasi dan pelemahan ekonomi global, kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tetap moncer. BRI layak diacungi jempol setelah sukses mencatat pertumbuhan laba bersih 98,38 persen pada kuartal II-2022 atau mencapai Rp 24,88 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso menyebut, raihan laba itu ditopang oleh penyaluran kredit dan penghimpunan dana masyarakat yang tumbuh positif.

Pencapaian tersebut tak lepas dari kemampuan emiten berkode saham BBRI ini dalam melakukan strategic response yang tepat.

“Kami dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas. Terutama pertumbuhan dana murah dan menjaga kualitas kredit. Khususnya kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19,” beber Sunarso dalam Pemaparan Kinerja Keuangan Kuartal II-Tahun 2022 secara virtual, kemarin.

BRI Group tercatat berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.104,79 triliun, atau tumbuh 8,75 persen yoy (year on year). Penyaluran kredit kepada seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif dengan penopang utama segmen mikro yang tumbuh 15,07 persen. Kemudian, segmen konsumer tumbuh 5,27 persen, segmen korporasi tumbuh 3,76 persen, dan segmen kecil dan menengah tumbuh 2,71 persen.

Secara khusus, portofolio kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,81 persen menjadi Rp 920 triliun di akhir Juni 2022.

“Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI, terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,27 persen,” kata Sunarso.

Ia memastikan, kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit macet (Non Performing Loan/ NPL) BRI secara konsolidasian terkendali di level 3,26 persen.

Sementara dari sisi pencadangan, pihaknya melakukan langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit.

NPL Coverage BRI tercatat sebesar 266,26 persen di akhir kuartal II-2022. Di mana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59 persen.

 

Diakui Sunarso, kredit UMKM juga tumbuh, setelah sebelumnya terkena imbas yang sangat dalam akibat pandemi Covid-19.

BRI berkomitmen untuk terus memberikan relaksasi berupa restrukturisasi kredit kepada UMKM, yang akan berakhir pada Maret 2023.

“Kami optimis, segmen UMKM akan terus tumbuh signifikan. Terlihat dari kinerja keuangan UMKM yang mulai normal, kegiatan ekonomi masyarakat terus bergulir, berkat upaya Pemerintah menangani pandemi dengan baik,” ucapnya.

Apakah setelah tahun depan restrukturisasi masih diperlukan atau tidak, Sunarso bilang, semua itu tergantung pada OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

“Seandainya kebijakan itu tidak diperpanjang, BRI harus siap. Artinya, ketika relaksasi tak diperpanjang, kami harus menilai kolektibilitas yang mendasar,” tegas dia.

Lalu muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana jika hal itu mendorong naiknya NPL? Sunarso menekankan, di situlah pentingnya pencadangan bagi BRI. Termasuk menekan Loan at Risk (LaR).

OJK, lanjutnya, pasti akan melakukan penilaian terkait masih dibutuhkan atau tidak program restrukturisasi.

“Sedangkan dari sisi portofolio BRI, kami siap. Karena cadangan lebih dari cukup ditambah dengan risk management yang terkelola dengan baik,” papar Sunarso.

Ia melanjutkan, strategi BRI dalam menjaga NPL, adalah dengan selective growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut. Seperti sektor pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.

Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL, yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi, dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah.

“BRI juga menerapkan soft landing strategy, dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk antisipasi pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” ungkap Sunarso.

 

Selanjutnya dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), tumbuh 3,70 persen menjadi Rp 1.136,98 triliun. Dana murah (Current Account Saving Account/CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, secara yoy meningkat sebesar 13,38 persen.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan, juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.

Hal ini terlihat dari LDR (Loan to Deposit Ratio) bank secara konsolidasian, yang terjaga di level 88,45 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,06 persen.

“Strategi BRI yang terus fokus pada sustainability berdampak kepada kinerja keuangan yang positif. Hal ini juga dinilai oleh berbagai pihak dari dalam maupun luar negeri, secara independen dan transparan,” kata Sunarso.

Target Pertumbuhan Kredit

Sepanjang tahun 2022, BRI mengaku optimistis, penyaluran kredit perusahaan berada pada target yang telah ditentukan sejak awal. Yakni di kisaran 9-11 persen.

Estimasi target tersebut optimistis bakal terwujud, jika melihat pencapaian sampai dengan Juni 2022, yang terus mencatatkan kenaikan.

“BRI secara grup, yakin pertumbuhan sampai di angka 9 sampai 11 persen. Pencapaian target kredit perseroan masih akan didukung oleh sejumlah faktor. Salah satunya proses pemulihan ekonomi hingga penanganan pandemi yang baik,” jelas Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno dalam kesempatan yang sama.

Selain itu yang paling penting, kata Vivi, sapaan akrabnya, pertumbuhan kredit BRI di-drive secara konsolidasi masih berasal dari segmen mikro dan ultra mikro. Terutama dengan dikonsolidasikannya Pegadaian dan PNM melalui Holding Ultra Mikro (UMi).

Namun perusahaan juga akan tetap berhati-hati dalam menjalankan bisnis. NPL ditargetkan terus turun di angka 3 persen hingga 2,8 persen.

“Kami sangat berhati-hati, terutama terkait dengan kredit yang direstrukturisasi akibat Covid-19,” sebutnya.

Sebagai informasi, beberapa bulan terakhir tahun ini, BRI meraih penilaian terbaik oleh lembaga atau pihak-pihak kredibel. Bahkan mendapatkan pengakuan bertaraf internasional. Di antaranya, BRI dinobatkan sebagai perusahaan publik terbesar di Indonesia tahun 2022 oleh Forbes Global 2000 World’s Largest Public Companies. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |