DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
19 March 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Pasokan Air Macet, Warga Serbu Medsos PAM Jaya Zaman Makin Canggih Kualitas Makin Buruk –

9 min read

Usai mengunggah video keberhasilan mengatasi pasokan air tersendat, akun Instagram PAM Jaya, malah diserbu pelanggan. Mereka rame-rame mengeluhkan buruknya layanan. Bahkan, ada yang mengaku sudah tidak menerima distribusi air hingga tiga bulan.

Selasa (9/8), sekitar pukul 18.00 WIB, PAM Jaya mengunggah video Salamah, warga Rukun Warga (RW) 002 di Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

“Alhamdulillah hari ini air sudah mengalir dengan lancar, mudah-mudahan seterusnya mengalir ya,” kata Salamah dalam unggahan itu. PAM Jaya menuliskan dalam keterangan video itu bahwa, berdasarkan keterangan warga, air sudah mulai mengalir kembali. Gangguan diduga lantaran terdapat air trap atau udara yang terperangkap di jaringan. Dan, buah hasil flushing sehingga pasokan air kembali normal.

Unggahan tersebut langsung diserbu warganet. Mereka mengeluhkan buruknya pasokan air.

“Pak air saya mati sudah 3 bulan lebih pak, tolong pak Kelurahan Duri Selatan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat pak,” kata akun @atetjoy23.

“Darurat air PAM sudah berbulan-bulan macet di RW 04 dan 05 Kelurahan Penjaringan. SOS @pam_jaya @pamjaya_id @aniesbaswedan @gubernurdkijakarta @walikota_jakut,” tulis akun @ceas_mitra_analitika.

“Daerah Jakarta Barat, Pesing Poglar RT 09 RW 05 tolong dong airnya dah ga keluar-keluar nih, Terimakasih,” ungkap @fr_deien22.

Dalam unggahan lainnya, kolom komentar @pamjaya_ id juga dipenuhi keluhan terkait air PAM yang bermasalah.

“Gangguan air PAM di aliran jaringan Yonhub sudah hampir 3 bulan mati, lebih tepatnya RT 04-01 RW 05 Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pak @pam_jaya @pamjaya_id @ gubenurdkijakarta @aniesbaswedan,” tulis akun @fitrimkm.

“Jakarta Timur makin hari makin parah aja, sekarang keluar sehari sekali doang, jam 4 subuh sampe setengah 5. Kalau sudah hari Jumat, Sabtu, Minggu sama hari libur nasional jangan harap keluar dah air PAM. Zaman makin canggih tapi kualitas makin buruk. Apa nggak ada solusi dari pihak PAM? Komplain ke DM (direct message) juga percuma sama aja nggak ada hasilnya,” keluh akun @ichsandreads.

“Min tolong ya daerah Setiabudi, Jakarta Selatan airnya ga keluar sudah satu bulanan ini, tapi tagihannya sama aja. Mau apa-apa susah jadinya,” tulis akun @katwo.id.

 

“Semoga permasalahan air @palyjaindonesia bisa beres. Sudah 8 bulan air bermasalah terus dan sudah lapor via JAKI, Twitter @dkijakarta dan CS @palyjaindonesia namun belum berhasil menyelesaikan permasalahan air yang sering mati dan baru ngalir di jam malam. Akibatnya banyak warga yang beralih ke air tanah. Mohon segera diselesaikan kebodohan manajemen @palyjaindonesia dan @pamjaya_id,” ketus akun @anggitcwidadi.

“Assalamualaikum, tolong dong min di cek air PAM di Jalan Bangka 11, Kemang Utara RT 001 RW 01, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan mati nggak keluar-keluar sudah 2 hari. Makasih,” pinta akun @athikaseptiana82.

Sebelumnya, Direktur Pelayanan PAM Jaya Syahrul Hasan mengakui, 40 persen atau 5 ribu kilometer (km) distribusi air rawan bocor. Hal itu terjadi akibat 12 ribu km pipa jaringan air minum di Jakarta berusia puluhan bahkan ratusan tahun.

Syahrul menjelaskan, PAM Jaya terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dan cakupan kepada warga Jakarta. Tepat di usia satu abad ini, PAM Jaya mulai melakukan transisi untuk mengambil alih pengelolaan air dari tangan mitra swasta.

PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air.

Kami akan terus berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik,” janjinya.

Kini, PAM Jaya tengah fokus untuk merealisasikan target 100 persen jaringan perpipaan Jakarta pada 2030. Di mana, saat ini baru sekitar 68 persen wilayah Jakarta yang terlayani air perpipaan. Yakni, dengan membangun SPAM Ciliwung.

 

Patok Kurangi Kebocoran

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta meminta PAM Jaya berbenah menjelang berakhirnya kerja sama dengan Palyja dan Aetra Jakarta pada 1 Februari 2023. Terutama menekan kebocoran air untuk mengurangi kerugian.

“Dalam enam bulan ini, PAM harus benar-benar belajar tentang transisi. Jangan sampai ketika kick of PAM jaya belum siap,” ujar Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Nurhasan, di Jakarta, Selasa (9/8).

Anggota Pansus Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meminta, PAM Jaya mulai menginventarisir sejumlah permasalahan terkait tingginya tingkat kebocoran pipa yang saat ini mencapai 48,76 persen di jaringan Palyja dan 42,6 persen di Aetra.

Dari hasil kunjungan kita diskusikan bersama bagaimana bisa mengurangi kebocoran, memperbaiki kualitas, dan menambah jaringan. Ini target yang harus dilakukan PAM Jaya ke depan,” ungkapnya.

Gembong berharap, masyarakat bisa mendapat suplai air bersih yang lebih layak jika nanti pengelolaan air minum sudah ditangani sepenuhnya PAM Jaya.

“Kalau Pemprov (Pemerintah Provinsi) DKI punya kemauan dalam mengambil alih ini, saya yakin PAM mampu menjalankan dengan baik. Ke depan justru pelayanan air minum kepada masyarakat harus jauh lebih baik ketika ditangani Pemprov melalui PAM,” ucapnya.

Gembong juga meminta, PAM Jaya memiliki target khusus untuk perbaikan pipa setiap tahunnya, dengan harapan air yang diterima masyarakat layak minum.

“Ke depan kualitas air yang diterima masyarakat sudah baik, ditopang oleh jaringan yang berkualitas. PAM juga harus punya target sekian tahun ke depan harus bisa menciptakan air minum untuk warga Jakarta,” tuturnya.

Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengaku, siap melakukan upaya-upaya perbaikan kerusakan atau kehancuran material pipa akibat adanya reaksi kimia (korosi) yang menyebabkan kebocoran.

 

“Pertama kita memang baru kick oftentang pengambil alihan, ini masa transisi. Kita ada proses due diligence, inventarisasi (permasalahan) dulu semua. Dari situ baru kita kemudian melakukan analisa kajian pada pipa yang terkena korosi,” tandasnya.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan Nirwono Yoga mendorong, Pemprov DKI dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) harus mempercepat pembangunan jaringan perpipaan air bersih dan sistem penyediaan air minum di Jakarta. Tujuannya agar warga menggunakan air perpipaan dan tidak mengeksploitasi air tanah yang berdampak terhadap penurunan permukaan tanah.

“Harus dengan prioritas di mulai dari Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Timur bagian utara dan selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan,” kata Nirwono kepada Rakyat Merdeka, Rabu (10/8).

Jaringan perpipaan itu, kata dia, harus diutamakan di pemukiman padat penduduk dan kawasan komersial. Pada saat bersamaan Pemprov DKI, sarannya, dapat menerapkan secara bertahap zona larangan pengambilan air tanah.

“Di mulai dari kawasan industri, gedung perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, hingga tingkat rumah tangga secara bertahap per wilayah,” jelas dia.

Selain itu, untuk menjaga pasokan air baku, Nirwono meminta, Pemprov DKI melakukan pelestarian sumber-sumber air baku. Mulai dari hutan lindung sumber mata air, pembenahan sungai dan perbaikan kualitas air sungai, revitalisasi situ, danau, embung, waduk sebagai daerah tangkapan atau penampung air.

Juga melakukan penambahan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai daerah resapan air.

“Serta restorasi kawasan pesisir dan reforestasi hutan mangrove atau pantai untuk menampung air bersih, mencegah abrasi pantai, meredam tsunami, mengendalikan banjir rob dan mencegah ancaman tenggelam,” paparnya.

Tak hanya itu, dia mendorong percepatan pembangunan Bendungan Karian di Banten, pemasok air baku bagian timur Jakarta dan dukungan Bendungan Jatiluhur harus segera dilakukan. ■
]]> , Usai mengunggah video keberhasilan mengatasi pasokan air tersendat, akun Instagram PAM Jaya, malah diserbu pelanggan. Mereka rame-rame mengeluhkan buruknya layanan. Bahkan, ada yang mengaku sudah tidak menerima distribusi air hingga tiga bulan.

Selasa (9/8), sekitar pukul 18.00 WIB, PAM Jaya mengunggah video Salamah, warga Rukun Warga (RW) 002 di Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Alhamdulillah hari ini air sudah mengalir dengan lancar, mudah-mudahan seterusnya mengalir ya,” kata Salamah dalam unggahan itu. PAM Jaya menuliskan dalam keterangan video itu bahwa, berdasarkan keterangan warga, air sudah mulai mengalir kembali. Gangguan diduga lantaran terdapat air trap atau udara yang terperangkap di jaringan. Dan, buah hasil flushing sehingga pasokan air kembali normal.

Unggahan tersebut langsung diserbu warganet. Mereka mengeluhkan buruknya pasokan air.

“Pak air saya mati sudah 3 bulan lebih pak, tolong pak Kelurahan Duri Selatan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat pak,” kata akun @atetjoy23.

“Darurat air PAM sudah berbulan-bulan macet di RW 04 dan 05 Kelurahan Penjaringan. SOS @pam_jaya @pamjaya_id @aniesbaswedan @gubernurdkijakarta @walikota_jakut,” tulis akun @ceas_mitra_analitika.

“Daerah Jakarta Barat, Pesing Poglar RT 09 RW 05 tolong dong airnya dah ga keluar-keluar nih, Terimakasih,” ungkap @fr_deien22.

Dalam unggahan lainnya, kolom komentar @pamjaya_ id juga dipenuhi keluhan terkait air PAM yang bermasalah.

“Gangguan air PAM di aliran jaringan Yonhub sudah hampir 3 bulan mati, lebih tepatnya RT 04-01 RW 05 Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pak @pam_jaya @pamjaya_id @ gubenurdkijakarta @aniesbaswedan,” tulis akun @fitrimkm.

“Jakarta Timur makin hari makin parah aja, sekarang keluar sehari sekali doang, jam 4 subuh sampe setengah 5. Kalau sudah hari Jumat, Sabtu, Minggu sama hari libur nasional jangan harap keluar dah air PAM. Zaman makin canggih tapi kualitas makin buruk. Apa nggak ada solusi dari pihak PAM? Komplain ke DM (direct message) juga percuma sama aja nggak ada hasilnya,” keluh akun @ichsandreads.

“Min tolong ya daerah Setiabudi, Jakarta Selatan airnya ga keluar sudah satu bulanan ini, tapi tagihannya sama aja. Mau apa-apa susah jadinya,” tulis akun @katwo.id.

 

“Semoga permasalahan air @palyjaindonesia bisa beres. Sudah 8 bulan air bermasalah terus dan sudah lapor via JAKI, Twitter @dkijakarta dan CS @palyjaindonesia namun belum berhasil menyelesaikan permasalahan air yang sering mati dan baru ngalir di jam malam. Akibatnya banyak warga yang beralih ke air tanah. Mohon segera diselesaikan kebodohan manajemen @palyjaindonesia dan @pamjaya_id,” ketus akun @anggitcwidadi.

“Assalamualaikum, tolong dong min di cek air PAM di Jalan Bangka 11, Kemang Utara RT 001 RW 01, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan mati nggak keluar-keluar sudah 2 hari. Makasih,” pinta akun @athikaseptiana82.

Sebelumnya, Direktur Pelayanan PAM Jaya Syahrul Hasan mengakui, 40 persen atau 5 ribu kilometer (km) distribusi air rawan bocor. Hal itu terjadi akibat 12 ribu km pipa jaringan air minum di Jakarta berusia puluhan bahkan ratusan tahun.

Syahrul menjelaskan, PAM Jaya terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dan cakupan kepada warga Jakarta. Tepat di usia satu abad ini, PAM Jaya mulai melakukan transisi untuk mengambil alih pengelolaan air dari tangan mitra swasta.

PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air.

Kami akan terus berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik,” janjinya.

Kini, PAM Jaya tengah fokus untuk merealisasikan target 100 persen jaringan perpipaan Jakarta pada 2030. Di mana, saat ini baru sekitar 68 persen wilayah Jakarta yang terlayani air perpipaan. Yakni, dengan membangun SPAM Ciliwung.

 

Patok Kurangi Kebocoran

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta meminta PAM Jaya berbenah menjelang berakhirnya kerja sama dengan Palyja dan Aetra Jakarta pada 1 Februari 2023. Terutama menekan kebocoran air untuk mengurangi kerugian.

“Dalam enam bulan ini, PAM harus benar-benar belajar tentang transisi. Jangan sampai ketika kick of PAM jaya belum siap,” ujar Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Nurhasan, di Jakarta, Selasa (9/8).

Anggota Pansus Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meminta, PAM Jaya mulai menginventarisir sejumlah permasalahan terkait tingginya tingkat kebocoran pipa yang saat ini mencapai 48,76 persen di jaringan Palyja dan 42,6 persen di Aetra.

Dari hasil kunjungan kita diskusikan bersama bagaimana bisa mengurangi kebocoran, memperbaiki kualitas, dan menambah jaringan. Ini target yang harus dilakukan PAM Jaya ke depan,” ungkapnya.

Gembong berharap, masyarakat bisa mendapat suplai air bersih yang lebih layak jika nanti pengelolaan air minum sudah ditangani sepenuhnya PAM Jaya.

“Kalau Pemprov (Pemerintah Provinsi) DKI punya kemauan dalam mengambil alih ini, saya yakin PAM mampu menjalankan dengan baik. Ke depan justru pelayanan air minum kepada masyarakat harus jauh lebih baik ketika ditangani Pemprov melalui PAM,” ucapnya.

Gembong juga meminta, PAM Jaya memiliki target khusus untuk perbaikan pipa setiap tahunnya, dengan harapan air yang diterima masyarakat layak minum.

“Ke depan kualitas air yang diterima masyarakat sudah baik, ditopang oleh jaringan yang berkualitas. PAM juga harus punya target sekian tahun ke depan harus bisa menciptakan air minum untuk warga Jakarta,” tuturnya.

Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengaku, siap melakukan upaya-upaya perbaikan kerusakan atau kehancuran material pipa akibat adanya reaksi kimia (korosi) yang menyebabkan kebocoran.

 

“Pertama kita memang baru kick oftentang pengambil alihan, ini masa transisi. Kita ada proses due diligence, inventarisasi (permasalahan) dulu semua. Dari situ baru kita kemudian melakukan analisa kajian pada pipa yang terkena korosi,” tandasnya.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan Nirwono Yoga mendorong, Pemprov DKI dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) harus mempercepat pembangunan jaringan perpipaan air bersih dan sistem penyediaan air minum di Jakarta. Tujuannya agar warga menggunakan air perpipaan dan tidak mengeksploitasi air tanah yang berdampak terhadap penurunan permukaan tanah.

“Harus dengan prioritas di mulai dari Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Timur bagian utara dan selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan,” kata Nirwono kepada Rakyat Merdeka, Rabu (10/8).

Jaringan perpipaan itu, kata dia, harus diutamakan di pemukiman padat penduduk dan kawasan komersial. Pada saat bersamaan Pemprov DKI, sarannya, dapat menerapkan secara bertahap zona larangan pengambilan air tanah.

“Di mulai dari kawasan industri, gedung perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, hingga tingkat rumah tangga secara bertahap per wilayah,” jelas dia.

Selain itu, untuk menjaga pasokan air baku, Nirwono meminta, Pemprov DKI melakukan pelestarian sumber-sumber air baku. Mulai dari hutan lindung sumber mata air, pembenahan sungai dan perbaikan kualitas air sungai, revitalisasi situ, danau, embung, waduk sebagai daerah tangkapan atau penampung air.

Juga melakukan penambahan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai daerah resapan air.

“Serta restorasi kawasan pesisir dan reforestasi hutan mangrove atau pantai untuk menampung air bersih, mencegah abrasi pantai, meredam tsunami, mengendalikan banjir rob dan mencegah ancaman tenggelam,” paparnya.

Tak hanya itu, dia mendorong percepatan pembangunan Bendungan Karian di Banten, pemasok air baku bagian timur Jakarta dan dukungan Bendungan Jatiluhur harus segera dilakukan. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |