DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
15 October 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Peringati Kudatuli, Hasto Cs Gelar Tabur Bunga Di Kantor PDIP –

5 min read

DPP PDI Perjuangan menggelar acara tabur bunga untuk memperingati peristiwa penyerangan Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 atau Kerusuhan Duapuluh Tujuh Juli (Kudatuli) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat, Rabu (27/7).

Tabur bunga itu dipimpin Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, bersama sejumlah Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning, dan Yanti Sukamdani.

Tabur bunga juga dihadiri mantan tim pembela PDI Perjuangan, Tumbu Saraswati, anggota DPR, Nyoman Parta, serta puluhan keluarga korban yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kerukunan. Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian, Hasto dan Ribka orasi untuk mengenang peristiwa Kudatuli atau yang kerap disebut Sabtu Kelabu.

Ribka menceritakan, saat itu ada dukungan masyarakat yang memberi kekuatan terhadap Megawati Soekarnoputri melawan kekuatan Orde Baru. Megawati dalam Kongres PDI di Surabaya pada 1993 terpilih sebagai ketua umum PDI.

“Kita sekarang masuk tahun ke-26 memperingati Kudatuli. DPP PDI Perjuangan menginginkan terus usut kasus ini. Kita juga sudah ke Komnas HAM. Kita minta jangan hanya bawahan pelaksana saja yang ditangkap tetapi aktor intelektualnya, apapun pangkatnya. Mereka semua masih berkeliaran tanpa proses hukum. Maka hari ini kita tabur bunga sama Pak Sekjen,” ucap Ribka.  

Hasto menambahkan, PDI Perjuangan tak pernah melupakan peristiwa yang sangat penting dan merupakan suatu rangkaian yang sangat panjang ini.

“Kita tahu peristiwa 1965 mengubah sejarah kita, dan sampai sekarang sisi gelap 1965 masih saja terjadi. Rakyat Indonesia karena intervensi kekuatan neo kolonialisme dan imperialisme yang kemudian melengserkan Bung Karno dengan segala cara,” kata dia dalam orasinya.

Bung Karno yang perjuangannya berhasil membebaskan bangsa-bangsa Asia Afrika dan Amerika Latin menakutkan kaum imperialis karena daya imajinasi dan kepemimpinannya.

Terlebih ketika Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam. Serta akan memberi hadiah Bom Atom kepada ABRI agar Indonesia semakin berperan penting bagi perdamaian dunia.

“Apa yang dilakukan Bung Karno menakutkan kemapanan kaum kolonialisme dan imperialisme,” kata politisi asal Yogyakarta itu.

Hasto pun mengurai rangkaian kisah yang memicu kasus 27 Juli.

“Pada momentum yang sangat tepat ketika intervensi kekuasaan selalu hadir dalam peristiwa kongres PDI semua diatur oleh kekuasaan. Dari Asrama Haji Surabaya itu pada momentum yang sangat kritis, hadirlah Ibu Megawati memimpin gerakan moral rakyat. Itulah momentum yang Ibu Mega sering ceritakan kepada saya, bagaimana sebelum kongres dibubarkan,” paparnya.

Keudian, Megawati mengambil momentum dan mengatakan secara de facto saya adalah ketua umum PDI.

“Itulah cikal bakal perlawanan kekuatan arus bawah, karena pada sampai detik ini akibat proses intervensi Orde Baru adalah tradisi perlawanan,” jelasnya.

Dia menyinggung berbagai upaya dalam menggagalkan kepemimpinan Megawati. Akhirnya, puncaknya dilakukan suatu rekayasa politik secara paksa. Megawati sebagai ketua umum yang sah pada tanggal 27 Juli 1996 melihat bagaimana kantor partai ini diserang secara brutal dan kemudian timbul korban jiwa.

“Inilah titik yang sangat gelap dalam demokrasi kita bagaimana pemerintahan menyerang parpol yang sebenarnya sah di mata hukum dan di mata rakyat,” lanjut Hasto.

Oleh karena itu, peringatan ini sangat penting untuk melakukan doa bersama agar para arwah yang telah menjadi korban, yang dikorbankan dalam peristiwa 27 Juli 1996 ditempatkan di surga, di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Peristiwa 27 Juli, tegas Hasto, terus dituntut agar kebenaran ditegakkan dan hukum ditegakkan. “Esensinya yang paling berkeadilan, menghukum siapapun yang telah melakukan skenario yang telah menciptakan tragedi kemanusiaan yang begitu kelam dalam sejarah demokrasi kita,” tekan Hasto.  

Dikatakan, Peristiwa 27 Juli menjadi basis kekuatan moral tentang politik yang disampaikan Megawati. Politik yang menyatu dengan kekuatan rakyat dan itulah esensi dari kekuatan PDI Perjuangan.

Setelah orasi, Hasto mengajak peserta mengheningkan cipta sejenak. Kemudian, sambil menyanyikan lagu Gugur Bunga, semua yang hadir menaburkan bunga di sekeliling Kantor DPP PDI Perjuangan. ■
]]> , DPP PDI Perjuangan menggelar acara tabur bunga untuk memperingati peristiwa penyerangan Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 atau Kerusuhan Duapuluh Tujuh Juli (Kudatuli) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat, Rabu (27/7).

Tabur bunga itu dipimpin Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, bersama sejumlah Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning, dan Yanti Sukamdani.

Tabur bunga juga dihadiri mantan tim pembela PDI Perjuangan, Tumbu Saraswati, anggota DPR, Nyoman Parta, serta puluhan keluarga korban yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kerukunan. Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian, Hasto dan Ribka orasi untuk mengenang peristiwa Kudatuli atau yang kerap disebut Sabtu Kelabu.

Ribka menceritakan, saat itu ada dukungan masyarakat yang memberi kekuatan terhadap Megawati Soekarnoputri melawan kekuatan Orde Baru. Megawati dalam Kongres PDI di Surabaya pada 1993 terpilih sebagai ketua umum PDI.

“Kita sekarang masuk tahun ke-26 memperingati Kudatuli. DPP PDI Perjuangan menginginkan terus usut kasus ini. Kita juga sudah ke Komnas HAM. Kita minta jangan hanya bawahan pelaksana saja yang ditangkap tetapi aktor intelektualnya, apapun pangkatnya. Mereka semua masih berkeliaran tanpa proses hukum. Maka hari ini kita tabur bunga sama Pak Sekjen,” ucap Ribka.  

Hasto menambahkan, PDI Perjuangan tak pernah melupakan peristiwa yang sangat penting dan merupakan suatu rangkaian yang sangat panjang ini.

“Kita tahu peristiwa 1965 mengubah sejarah kita, dan sampai sekarang sisi gelap 1965 masih saja terjadi. Rakyat Indonesia karena intervensi kekuatan neo kolonialisme dan imperialisme yang kemudian melengserkan Bung Karno dengan segala cara,” kata dia dalam orasinya.

Bung Karno yang perjuangannya berhasil membebaskan bangsa-bangsa Asia Afrika dan Amerika Latin menakutkan kaum imperialis karena daya imajinasi dan kepemimpinannya.

Terlebih ketika Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam. Serta akan memberi hadiah Bom Atom kepada ABRI agar Indonesia semakin berperan penting bagi perdamaian dunia.

“Apa yang dilakukan Bung Karno menakutkan kemapanan kaum kolonialisme dan imperialisme,” kata politisi asal Yogyakarta itu.

Hasto pun mengurai rangkaian kisah yang memicu kasus 27 Juli.

“Pada momentum yang sangat tepat ketika intervensi kekuasaan selalu hadir dalam peristiwa kongres PDI semua diatur oleh kekuasaan. Dari Asrama Haji Surabaya itu pada momentum yang sangat kritis, hadirlah Ibu Megawati memimpin gerakan moral rakyat. Itulah momentum yang Ibu Mega sering ceritakan kepada saya, bagaimana sebelum kongres dibubarkan,” paparnya.

Keudian, Megawati mengambil momentum dan mengatakan secara de facto saya adalah ketua umum PDI.

“Itulah cikal bakal perlawanan kekuatan arus bawah, karena pada sampai detik ini akibat proses intervensi Orde Baru adalah tradisi perlawanan,” jelasnya.

Dia menyinggung berbagai upaya dalam menggagalkan kepemimpinan Megawati. Akhirnya, puncaknya dilakukan suatu rekayasa politik secara paksa. Megawati sebagai ketua umum yang sah pada tanggal 27 Juli 1996 melihat bagaimana kantor partai ini diserang secara brutal dan kemudian timbul korban jiwa.

“Inilah titik yang sangat gelap dalam demokrasi kita bagaimana pemerintahan menyerang parpol yang sebenarnya sah di mata hukum dan di mata rakyat,” lanjut Hasto.

Oleh karena itu, peringatan ini sangat penting untuk melakukan doa bersama agar para arwah yang telah menjadi korban, yang dikorbankan dalam peristiwa 27 Juli 1996 ditempatkan di surga, di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Peristiwa 27 Juli, tegas Hasto, terus dituntut agar kebenaran ditegakkan dan hukum ditegakkan. “Esensinya yang paling berkeadilan, menghukum siapapun yang telah melakukan skenario yang telah menciptakan tragedi kemanusiaan yang begitu kelam dalam sejarah demokrasi kita,” tekan Hasto.  

Dikatakan, Peristiwa 27 Juli menjadi basis kekuatan moral tentang politik yang disampaikan Megawati. Politik yang menyatu dengan kekuatan rakyat dan itulah esensi dari kekuatan PDI Perjuangan.

Setelah orasi, Hasto mengajak peserta mengheningkan cipta sejenak. Kemudian, sambil menyanyikan lagu Gugur Bunga, semua yang hadir menaburkan bunga di sekeliling Kantor DPP PDI Perjuangan. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |