DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
13 October 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Pengen Lagi Dan Lagi, Utang Luar Negeri Seperti Candu –

4 min read

Utang luar negeri Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan sempat tembus Rp 7 ribu triliun awal tahun ini. Namun, Indonesia bukan satu-satunya negara yang punya utang besar lho.

Akun @poliklitik mengungkapkan, Venezuela menjadi negara dengan utang pal­ing besar versi tradingeconomics. Sementara Indonesia berada di urutan 135.

“Apakah utang = candu? Makin lama bawaannya pengin lagi dan lagi,” ujar @poliklitik.

Akun @e.onedoet mengatakan, utang Indonesia tidak bisa dibanding-band­ingkan dengan negara lain. Kata dia, untuk membandingkan utang luar negeri, harus juga membandingkan penghasilan masyarakat di negara tersebut.

“Misalnya, Amerika utang tinggi, dibarengi penghasilan rakyatnya yang juga tinggi, wajar,” katanya.

Akun @imronrsyddi mengatakan, utang tidak bisa hanya dilihat dari rasion­ya, juga harus dilihat dari strukturnya. Bahkan, kata @airi_9731, masalah utang bukan soal gede atau kecil.

“Masalahnya, uang kita itu lebih banyak penambahan utangnya daripada biaya pelunasannya, makanya nambah terus,” ujarnya.

Akun @7ustis4all kesal melihat utang Indonesia semakin menumpuk. Ditambah lagi, korupsi yang juga besar. Kata dia, buronan koruptor tidak dikejar. Bahkan, kalaupun tertangkap hukumannya ringan.

Menurut @wa2n_do3, tidak apa-apa utang, asal penggunaan uangnya jelas. Masalahnya, setiap proyek nasional kerap kali jadi bancakan korupsi oleh para wakil rakyat dan oknum Pemerintah.

“Mereka yang utang, mereka yang cuan, rakyat yang bayar,” tutur @mas.beres. “Utang itu, candu. Iya,” kata @sudutkananatas.

 

Akun @tyrannosaurus764 menga­takan, utang hal wajar. Namun, harus dibarengi dengan jumlah pendapatan yang juga meningkat. Masalahnya, semakin lama semakin besar gap-nya dengan jumlah cicilan utang.

“Ya ngeri juga. Mending untuk mem­bangun yang prioritas banget untuk hajat hidup orang banyak kayak sekolah, ru­mah sakit dan lainnya,” ungkapnya.

Menurut @bagus_rio_dm, kalau tidak mau kolaps dengan utang terus, harusnya pendapatan negara dan masyarakatnya diperbesar dan diperbanyak. Dia bilang, kalau utang tambah banyak tapi pendapat tidak naik, atau turun, bisa kolaps.

“Sudah terlalu besar utang negara ini, fiskal sudah sesak. Janganlah member­atkan masa depan anak bangsa,” kata @akang_hero.

Akun @Herzaky__MP berharap Pemerintah sadar dan serius bekerja. Saat ini utang semakin besar, pertumbuhan ekonomi rendah, inflasi tinggi, daya beli menurun, kemiskinan dan pengangguran hampir tidak ada perbaikan dari era sebelumnya. “Jangan rakyat yang dikorbankan,” pinta dia.

Akun @tholee_lelono tidak mempermasalahkan Indonesia banyak utang. “Utang kebutuhan, siapa pun kepala negaranya. Dari zaman Bung Karno Indonesia sudah punya utang,” katanya.

“Negara pemberi utang juga berutang kepada negara lain yang juga berutang kepada negara lainnya yang juga berutang kepada negara lainnya lagi. Gitu aja terus. Ruwet,” tutur @myoosaja. [ASI] ]]> , Utang luar negeri Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan sempat tembus Rp 7 ribu triliun awal tahun ini. Namun, Indonesia bukan satu-satunya negara yang punya utang besar lho.

Akun @poliklitik mengungkapkan, Venezuela menjadi negara dengan utang pal­ing besar versi tradingeconomics. Sementara Indonesia berada di urutan 135.

“Apakah utang = candu? Makin lama bawaannya pengin lagi dan lagi,” ujar @poliklitik.

Akun @e.onedoet mengatakan, utang Indonesia tidak bisa dibanding-band­ingkan dengan negara lain. Kata dia, untuk membandingkan utang luar negeri, harus juga membandingkan penghasilan masyarakat di negara tersebut.

“Misalnya, Amerika utang tinggi, dibarengi penghasilan rakyatnya yang juga tinggi, wajar,” katanya.

Akun @imronrsyddi mengatakan, utang tidak bisa hanya dilihat dari rasion­ya, juga harus dilihat dari strukturnya. Bahkan, kata @airi_9731, masalah utang bukan soal gede atau kecil.

“Masalahnya, uang kita itu lebih banyak penambahan utangnya daripada biaya pelunasannya, makanya nambah terus,” ujarnya.

Akun @7ustis4all kesal melihat utang Indonesia semakin menumpuk. Ditambah lagi, korupsi yang juga besar. Kata dia, buronan koruptor tidak dikejar. Bahkan, kalaupun tertangkap hukumannya ringan.

Menurut @wa2n_do3, tidak apa-apa utang, asal penggunaan uangnya jelas. Masalahnya, setiap proyek nasional kerap kali jadi bancakan korupsi oleh para wakil rakyat dan oknum Pemerintah.

“Mereka yang utang, mereka yang cuan, rakyat yang bayar,” tutur @mas.beres. “Utang itu, candu. Iya,” kata @sudutkananatas.

 

Akun @tyrannosaurus764 menga­takan, utang hal wajar. Namun, harus dibarengi dengan jumlah pendapatan yang juga meningkat. Masalahnya, semakin lama semakin besar gap-nya dengan jumlah cicilan utang.

“Ya ngeri juga. Mending untuk mem­bangun yang prioritas banget untuk hajat hidup orang banyak kayak sekolah, ru­mah sakit dan lainnya,” ungkapnya.

Menurut @bagus_rio_dm, kalau tidak mau kolaps dengan utang terus, harusnya pendapatan negara dan masyarakatnya diperbesar dan diperbanyak. Dia bilang, kalau utang tambah banyak tapi pendapat tidak naik, atau turun, bisa kolaps.

“Sudah terlalu besar utang negara ini, fiskal sudah sesak. Janganlah member­atkan masa depan anak bangsa,” kata @akang_hero.

Akun @Herzaky__MP berharap Pemerintah sadar dan serius bekerja. Saat ini utang semakin besar, pertumbuhan ekonomi rendah, inflasi tinggi, daya beli menurun, kemiskinan dan pengangguran hampir tidak ada perbaikan dari era sebelumnya. “Jangan rakyat yang dikorbankan,” pinta dia.

Akun @tholee_lelono tidak mempermasalahkan Indonesia banyak utang. “Utang kebutuhan, siapa pun kepala negaranya. Dari zaman Bung Karno Indonesia sudah punya utang,” katanya.

“Negara pemberi utang juga berutang kepada negara lain yang juga berutang kepada negara lainnya yang juga berutang kepada negara lainnya lagi. Gitu aja terus. Ruwet,” tutur @myoosaja. [ASI]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |